Rabu, 09 Desember 2015

Degradasi Karakter Remaja Indonesia



Karya Ilmiah

PERAN REMAJA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
“DEGRADASI KARAKTER REMAJA INDONESIA”




Kelompok 2
Juniawanti Mahmud
Fauzia Harun
Wati Ali

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
 UNIVERSITAS KHAIRUN
2015



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr.Wb.

       Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, sehingga penulisan karya ilmiah ini dengan tema “ Peran Remaja Dalam Membangun Karakter Bangsa “ dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa pula salam dan salawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan bagi kaum muslimin di muka bumi ini.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman yang ikut membantu serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.





Ternate, Juni 2015
                                                                                                           
         Penulis







DAFTAR ISI

   Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................      ii
DAFTAR ISI ................................................................................................      iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang .........................................................................      1
B.       Rumusan Masalah ....................................................................      2
C.       Tujuan ......................................................................................      2
BAB II  PEMBAHASAN
A.      Pengertian Remaja....................................................................      3
B.       Upaya Membangun Karakter Remaja.......................................      3
C.       Peran Remaja Dalam Membangun Karakter Bangsa ...............      9
BAB III  PENUTUP
A.       Kesimpulan ............................................................................      11
B.        Saran ......................................................................................      11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................      12
DAFTAR GAMBAR....................................................................................      14





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Masa remaja biasa disebut sebagai masa peralihan.Masa peralihan yang dimaksud adalah peralihan antara Kanak-Kanak menuju dewasa. Remaja sendiri merupakan suatu kelompok usia dimana anak tidak lagi merasa dirinya di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama dan sejajar. Seiring denganberlalunya waktu dan perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orangtua atau orang lain disekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah oleh suatu makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Terlepas dari hal itu, remaja harus bisa memahami perannya sebagai generasi penerus bangsa. Remaja harus bisa memposisikan dirinya sebagai seseorang yang kelak akan membangun bangsa ini. Hal inilah yang menyebabkan remaja juga masih perlu bimbingan dari orang-orang sekitarnya agar remaja bisa tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang sebaiknya tidak dilakukan.
Remaja memerlukan bimbingan dari berbagai pihak baik itu pihak orang tua, sekolah maupun masyarakat.Orang tua atau keluarga menjadi pondasi dasar dalam membangun karakter anak sebab lingkungan pertama yang dikenal anak adalah lingkungan keluarga.Sekolahpun tak kalah berperan penting.Di sekolah, anak diberikan pendidikan-pendikan berbasis karakter dan penanaman nilai-nilai.Begitupun masyarakat, yang ikut berperan dalam membangun karakter anak dengan memberikan aturan-aturan atau norma-norma sehingga anak menjadi tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang seharusnya dilakukan dan mana yang harusnya tidak dilakukan.
Anak yang sedari kecil sudah ditanamkan pendidikan karakter seiring berjalannya waktu akan tumbuh menjadi remaja yang berkarakter. Remaja yang berakarakter ini diharapkan mampu memahami perannya sebagai generasi penerus bangsa yang kelak akan membangun karakter bangsanya sendiri dan menjadikan bangsanya bermartabat. Seiring dengan berkembangnya zaman, hal ini perlu

menjadi perhatian lebih dari berbagai pihak. Salah sedikit saja bisa jadi karakter remaja dan bangsa ini akan hancur.
Dalam karya ilmiah ini akan dibahasa lebih jauh lagi mengenai peranan remaja dalam membangun karakter bangsa.

B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat penulis paparkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.        Apa pengertian dari remaja?
2.        Bagaimana upaya membangun karakter remaja?
3.        Bagaiamana peran remaja dalam membangun karakter bangsa?

C.      Tujuan
Dari pemaparan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.        Untuk mengetahui pengertian dari remaja;
2.        Untuk mengetahui bagaimana upaya dalam membangun karakter remaja;
3.        Untuk mengetahui bagaimana peran remaja dalam membangun karakter bangsa.





BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latinadolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, Ali dan Asrori dalam Angkotasan N, 2014:7)
Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.Pada masa ini, remaja berupaya untuk menemukan identitas dirinya.Masa remaja juga dikenal sebagai masa yang penuh dengan badai dan tekanan, karena remaja secara tidak langsung berhadapan dengan segala perubahan-perubahan yang ada baik dari segi perubahan fisik maupun psikisnya. Jika remaja tidak dapat menerima segala perubahan tersebut, hal ini akan menjadi masalah nantinya.
Masa remaja menurut Mappiare (Ali dan Asrori dalam Angkotasan N, 2014: 7), berlangsung antar umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yatu usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.

B.       Upaya Membangun Karakter RemajaMelalui Pendidikan Karakter
Dalam konteks lainnya, remaja dianggap sebagai generasi muda penerus bangsa ini. Remaja merupakan generasi muda yang akan membangun bangsa ini agar menjadi lebih baik kedepannya. Untuk itulah remaja perlu dipersiapkan sedini mungkin agar nantinya remaja menjadi siap menjalani tugasnya.Untuk membangun suatu bangsa yang berkarakter, remaja juga harus diberi pendidikan karakter dan pendidikan yang berbasis nilai.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan menyimpan kekuatan yang besar, yaitu sebagai salah satu penentu nasib manusia sebagai individu, umat maupun

bangsa. Hal inilah yang menyebabkan proses pendidikan juga harus senantiasa dievaluasi dan diperbaiki untuk mengahasilkan peserta didik yang unggul dan berkualitas.
Salah satu upaya perbaikan pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dan nilai dalam dunia pendidikan di Indonesia, gagasan ini muncul karena proses  pendidikan selama ini dilakukan sepenuhnya berhasil dalam membangun Indonesia yang berkarakter. Bahkan, ada yang menyebutkan  bahwa pendidikan Indonesia gagal membentuk manusia yang berkarakter (Muhaimin dalam Jon F, 2015: 483).
Bung Karno pernah mengatakan Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building), karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya serta bermartabat. Kalau hal ini tidak dilakukan, maka bangsa inimenjadi bangsa kuli (Abidinsyah, 2011: 2).
Dewasa ini, berbicara mengenai pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.Karakter adalah permata hidup yang menjadi pembeda manusia dengan mahluk hidup yang lainnya.Orang-orang dengan karakter kuat dan baik secara individu maupun sosial adalah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seorang dari yang lain, tabiat atau watak, kebiasaan, pembawaan.Karakter, sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good).Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali dirangkum dalm sederet sifat-sifat baik (Jon F, 2015: 483).
Diera globalisasi seperti saat ini banyak pihak yang menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter dan nilai pada lembaga pendidikan formal.Hal tersebut wajar saja, sebab tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang dimasyarakat saat ini.Tentunya kita sering melihat dan mendengar banyak sekali rema yang berperilaku tidak sesuai dengan norma yang berlaku, bahkan untuk kalangan tingkat SMP pun sudah banyak melakukan hal-hal negatif seperti mabuk, tawuran, bahkan pembunuhan , yakni membunuh anak yang ada dalam kandungan seperti aborsi (Zaen B, 2012: 2).
Fenomena sosial yang terbaru adalah adanya “pesta bikini” bagi remaja untuk merayakan kelulusannya.Acara perayaan kelulusan bagi remaja SMA yang diadakan oleh Divine Production di Media Hotel menjadi perbincangan hangat di masyarakat beberapa waktu lalu. Hal ini dikarenakan acara yang bertema “Splash After Class” tersebut mewajibkan pesertanya hadir dengan bikini. Divine Production sendiri mengakui acara “Splash After Class” yang mereka adakan memang mewajibkan pesertanya hadir dengan bikini. Namun, mereka membantah menggelar acara tersebut untuk anak-anak dibawah umur.Menurut mereka terjadi kesalahan dari pihak promosi sehingga bisa tersebut “bikini summer dress” dalam video promosi.
“ Kita hanya ingin mengadakan pool party dengan dress code busana renang, dan pesertanya kita batasi. Kalau di bawah 18 tahun akan kita tolak,” kata kuasa hokum Divine, Andreas Silitonga, kepada Kompas.com di Kantor Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Kamis (30/4/2015).
Sementara mengenai pencantuman nama sekolah, Andreas mengakui Divine Production telah melakukan kesalaham. Sebab, pencantuman tersebut tidak disertai izin dari pihak sekolah. Namun,ia menyatakan, Divine Production memang ada kerja sama dengan para pelajar dari sekolah-sekolah yang namanya dicantumkan walaupun kerja sama dilakukan atas nama perseorangan.
Pihak sekolah pun bereaksi keras terkait masalah tersebut.Delapan sekolah melaporkan pihak penyelenggara pesta bikini untuk pelajar, Divine Production, ke Polda Metro Jaya.Laporan dibuat oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 29 Jakarta Ratna Budiarti yang mewakili tujuh kepala sekolah lainnya. Beliau datang bersama kepala sekolah lainnya, yaitu Kepala SMAN 12 Nur Syamsudin, Kepala SMAN 31 Marihot Malau, Kepala SMAN 109 Agusman, Kepala SMAN 53 Dumaria Simanjuntak, Kepala SMAN 24 Umaryadi, Kepala SMAN 44 Isdiantoro, dan Kepala SMAN 38 Imam Prasaja (Kompas.com, 2015).
Kepala Sekolah SMA Negeri 29 Jakarta Ratna Budiarti melalui wawancaranya dengan media online Kompas.com mengatakan, pihak sekolah mungkin bisa mencabut laporannya di polda Metro Jaya bila Divine Production meminta maaf secara terbuka. Perimintaan maaf bukan dilakukan satu per satu ke sekolah, melainkan secara sekaligus di Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
EO “pesta bikini” akhirnya minta maaf kepada Dinas Pendidikan.Permintaan maaf diajukan oleh Divine Production saat melakukan pertemua tertutup dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta di Kantor Dinas Pendidikan Jakarta, Kamis (30/4/2015).Dalam pertemuan tersebut, pihak Divine menyampaikan permintaan maaf karena telah mencantukan nama-nama sekolah dalam undangan acara “pesta bikini” yang akan mereka gelar. Tidak hanya itu, Divine juga menyampaikan permintaan maaf karena hendak menyelenggarakan acara tanpa mengantongi izin (Kompas.com, 2015).
Melihat dari contoh kasus diatas, dapat dikatakan bahwa remaja Indonesia mengalami kemerosotan karakter dan degradasi moral.Hal ini tentu sangat memperihatinkan pasalnya remaja yang merupakan generasi muda penerus bangsa ini yang harusnya mampu mejalankan perannya dengan baik untuk membangun karakter bangsa justru mengalami kemerosotan karakter.Semua pihak harus ikut andil dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk itulah pendidikan karakter dan nilai sangat diperlukan untuk mengatasi krisis karakter remaja saat ini.Salah satu setting pendidikan karakter adalah melalui jalur pendidikan formal. Untuk itu action plan nya mesti memperhatikan dan mempertimbangkan delapan hal berikut:
1.        Tujuan utuh pendidikan. Semua upaya pendidikan harus terarah kepada tujuan utuh pendidikan nasional seperti tertera dalam UU sisdiknas. Perlu pemahaman ulang yang lebih tepat terhadap jiwa dan makna yang terkandung dalam UU sisdiknas tersebut.
2.        Riset dasar. Perlu ada riset dasar untuk merumuskan: (a) core value yang akan membingkai sosok manusia Indonesia masa depan; (b) kompetensi berkarakter; (c) praksis pendidikan selama ini; dan (d) grand design pendidikan yang akan diselenggarakan.
3.        Pembenahan kurikulum. Kurikulum yang ada sekarang perlu didasarkan kembali pada pendidikan yang utuh dengan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, serta menghindarkannya dari berbagai fragmentasi.
4.        Pembenahan mutu pembelajaran. Esensi kualitas terletak pada transaksi guru siswa dalam proses pembelajaran sejatinya adalah pengembangan ragam potensi peserta didik dimana peran guru sangat menetukan. Guru harus menyadari sepenuhnya bahwa proses yang ia selenggarakan adalah suatu upaya pembentukan karakter.
5.        Pembenahan layanan bimbingan konseling. Pembimbingan dan konseling bukan tugas guru BK semata, tetapi tugas utama semua guru yang intinya adalah pengembangan diri dan memandirikan peserta didik.
6.        Pembenahan sistem evaluasi. Esensi pendidikan menurut pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas adalah berpusat pada keaktifan siswa sehingga pembelajaran bukan sekedar menguasai keterampilan dan akumulasi pengetahuan. Oleh sebab itu ukuran keberhasilan dan mutu pendidik tidak berhenti pada angka ujian.
7.        Penataan manajemen ketenagaan guru. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru pada prinsipnya untuk peningkatan mutu. Sistem ketenagaan guru harus menjamin efisiensi dan mutu kinerja guru.
8.        Penguatan kapasitas. Pendidikan karakter perlu didukung penguasaan kapasotas lembaga yang menyaratkan pembenahan mind set para pelaku pendidikan, kultur dan iklim sekolah. Upaya ini membutuhkan kebijakan yang sejalan dengan pendidikan karakter dalam bingkai utuh sistem pendidikan nasional

Pendidikan karakter dan nilai tidak hanya dapat dilakukan di sekolah, tetapi dapat juga dilakukan dikeluarga dan masyarakat yang mencakup teman sebaya dan media masaa.Banyak penelitian yang terkait dengn lingkungan dan pembentukan karakter.Penelitian yang dilakukan oleh Alit (2003), Koyan (2001), Bulach (2002), Hendrix dkk.(2004) menyimpulkan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan karakter (Wening S, 2012: 58).
Menurut Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia (Abidinsyah, 2011: 3-4)  ada beberapa prinsip dasar dalam pendidikan karakter, yaitu :
1.        Karakter adalah sebuah keunikan individual, kelompok, masyarakat, atau bangsa. Tetapi karakter bangsa bukanlah agregasi karakter perorangan karena karakter bangsa terkait dengan core value yang didukung oleh masyarakatnya.
2.        Pendidikan karakter merupakan sebuah proses berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process). Oleh karena itu diperlukan semacam rumusan utuh manusia Indonesia dalam konteks ruang dan waktu.
3.        Penyelenggaraan pendidikan karakter diinferensi dari UU sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yaitu: (1) watak dan peradaban bangsa yang bermartabat; (2) pencerdasan kehidupan bangsa sebagai tujuan kolektif, dan (3) pengembangan potensi murid sebagai tujuan individual.
4.        Proses pembelajajaran harus bersifat koherensi sebagai upaya pendidikan manusia yang utuh.
5.        Proses pembelajaran, pembuatan kebijakan pendidikan dalam upaya pendidikan karakter harus dilandaskan pada teori dan ilmu pendidikan. Untuk itu diperlukan revitalisasi LPTK dalam kerangka pendidikan karakter.
6.        Proses pendidikan karakter dilandasi oleh pandangan holistic terhadap murid dalam kulturalnya. Pembelajaran dibangun sebagai proses kultural yang prosesnya tidaklah linier dan bukan pula berupa mata pelajaran “Pendidikan Karakter”. Pengembangan karakter menyatu dalam proses pendidikan semuanya.
7.        Sekolah adalah lingkungan pembudayaan, dan upaya pendidikan harus diposisikan sebagai proses pembangunan karakter. Diperlukan perubahan mind set dari seluruh steakholder.
8.        Peran keluarga adalah pertama dan utama yang tak tergantikan dalam pendidikan karakter, oleh sebab itu diperlukan community of learner yang memperkokoh proses pendidikan informal.
9.        Pendidikan karakter bersifat multi level, multi chanel, dan multi setting. Diperlukan keteladanan dan oleh karena itu harus menjadi gerakan sejati dan holistik.

C.      Peran Remaja dalam Membangun Karakter Bangsa
Remaja sebagai generasi muda merupakan salah satu faktor maju atau tidaknya suatu bangsa, bermartabat atau tidaknya suatu bangsa dan berkarakter atau tidaknya suatu bangsa.Baik buruknya suatu negara tergantung pada kualitas generasi muda yang dihasilkan.Remaja sebagai generasi muda yang merupakan penerus dan pewaris bangsa dan negara dituntut harus memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki kepribadian yang tingi, semangat juang nasionalisme, dan mampu memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global.
Remaja adalah generasi penerus, calon pejuang bangsa dan negara di masa depan. Masa depan suatu bangsa adalah bergantung kepada generasi muda yang saat ini sedang tumbuh dan berkembang menyerap berbagai macam ilmu pengetahuan. Pengetahun itu diperoleh dari mana saja karena adanya pengaruh globalisasi, internet, teknologi dan lainnya. Untuk itu para generasi muda harus mampu menyaring  berbagai macam informasi yang masuk agar tidak salah arah nantinya. Tanpa karakter yang kuat yang dimiliki oleh para remaja ini, maka akan memiliki resiko yang besar di masa yang akan datang bagi bangsa ini.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa memiliki posisi yang strategis.Mereka merupakan harapan masa depan bangsa.Maju atau mundurnya bangsa dan negara ada di pundak mereka.Kalau mereka maju maka majulah negara, tetapi kalau meraka mundur, maka mundurlah negara.Sudut pandang psikologi para remaja sebagai generasi penerus memiliki potensi yang bisa dikembangkan secara maksimal.
Potensi mereka yang prospektif, dinamis, energik, penuh vitalitas, patriotismedan idealisme harus dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana dan terprogram.Kemampuan potensial remaja bisa diolah menjadi kemampuan aktual yang bisa membawa mereka kepada prestasi yang tinggi.Remaja memiliki potensi moral yang dapat diolah dan dikembangkan menjadi moralyang positif sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa dan negara yang penuh dengan kejujuran, tidak korup, semangat yang tinggi dan bertanggungjawab.






BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas, penulis mengambil kesimipulan bahwa remaja merupakan generasi muda  yang akan menjadi pejuang bagi bangsa dan negara ini kedepannya.Baik buruknya suatu bangsa dannegara tergantung pada generasi muda yang saat ini sedang tumbuh dan berkembang dalam mengenyam ilmu pendidikan.
Untuk itu perlu, perlu ditanamakan pendidikan karakter pada diri remaja sejak kecil agar remaja tumbuh dengan memiliki karakter yang kuat dan dapat membangun karakter bangsa sehingga menjadi bangsa yang bermartabat.Terlebih lagi dengan fenomena sosial yang ada saat ini menjukkan remaja Indonesia mengalami degradasi karakter dan moral.Pendidikan karakter tidak hanya dilakukan oleh lembaga pendidikan formal saja tetapi juga lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.Dengan begitu banyak pihak yang terlibat diharpak remaja dapat menjadi generasi muda berkarakter demi Negara kita, Indonesia Raya.

B.       Saran
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan harusnya lebih baik lagi dalam membuat kebijakan dalam dunia pendidikan.Harus ada evaluasi yang lebih mendalam lagi agar lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dapat menghasilkan generasi muda yang berkualitas.Begitupun orangtua dan masyarakat harus ikut andil dalam mengawasi generasi muda.Orangtua dan masyarakat harus memberikan aturan-aturan yang bisa mengarahkan remaja atau generasi muda kita ke arah yang lebih baik demi membangun karakter bangsa.



DAFTAR PUSTAKA

Angkotasan, N. (2014). Buku Pegangan Kuliah Perkembangan Peserta Didik. FKIP Universitas Khairun Ternate.
Abidinsyah. (2011). Urgensi Pendidikan Karakter Dalam Membangun Peradaban Bangsa Yang Bermartabat. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, vol (03) : 1-8.
Jon, F. (2015). Pendidikan Karakter Pada Anak dan Remaja. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan (pp. 483-486). Malang: Universitas Muhammadiyah malang.
Kompas. (2015). Divine Akui Ingin Gelar Pesta Bikini, Tetapi. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/30/16541281/Divine.Akui.Ingin.Gelar.Pesta.Bikini.tetapi., diakses pada tanggal 14 Juni 2015).

Kompas. (2015). Jika Ingin Laporan Dicabut EO “Pesat Bikini” harus lakukan ini. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/05/15001661/Jika.Ingin.Laporan.di.Polda.Dicabut.EO.Pesta.Bikini.Harus.Lakukan.Ini, diakses pada tanggal 14 Juni 2015).

Kompas. (2015). Pihak Sekolah Yang Laporkan EO “Pesta Bikini”  Diperiksa di Polda Metro. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/05/1410034/Pihak.Sekolah.yang.Laporkan.EO.Pesta.Bikini.Diperiksa.di.Polda.Metro, diakses tanggal 14 Juni 2015)

Kompas. (2015). EO “Pesta Bikini” Minta Maaf Kepada Dinas Pendidikan. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/30/16280961/EO.Pesta.Bikini.Minta.Maaf.kepada.Dinas.Pendidikan, diakses tanggal 14 Juni 2015).
Kompas. (2015). Delapan Sekolah Laporkan EO Pesta Bikini Ke Polda Metro Jaya. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/28/16180051/8.Sekolah.Laporkan.EO.Pesta.Bikini.ke.Polda.Metro.Jaya, diakses tanggal 14 Juni 2015).

Kompas. (2015). Penjelasan Penyelenggara Soal Pesta Bikini Pelajara SMA. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/23/20400821/Penjelasan.Penyelenggara.soal.Pesta.Bikini.Pelajar.SMA, diakses tanggal 14 Juni 2015).

Wening, S. (2012). Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Nilai. Jurnal Pendidikan Karakter, No (01) :  55-66.

Zaen, B. (2012). Pembentukan Karakter Bangsa (Proses Dan Nilai-Nilai Karakter Bangsa Dalam Kegiatan Pramuka - Studi Di SMP Negeri 3 Babelan Bekasi ). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

GAMBAR

Daftar Nama Sekolah Yang Terkait Dengan Penyelenggaraan “Splash After Class” atau “Pesta Bikini”
Sumber: Media Online – Kompas.com




Delapan Sekolah Melaporkan EO “Pesta Bikini” Di Polda Metro jaya
Sumber: Media Online – Kompas.com




Pihak Penyelenggaraan “Pesta Bikini” – Divine Production
Sumber: Media Online – Kompas.com