Karya
Ilmiah
PERAN REMAJA DALAM MEMBANGUN KARAKTER
BANGSA
“DEGRADASI KARAKTER REMAJA INDONESIA”
Kelompok 2
Juniawanti
Mahmud
Fauzia Harun
Wati Ali
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
KHAIRUN
2015
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya,
sehingga penulisan karya ilmiah ini dengan tema “ Peran Remaja Dalam Membangun
Karakter Bangsa “ dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa pula salam
dan salawat kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan
bagi kaum muslimin di muka bumi ini.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
teman-teman yang ikut membantu serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, segala kritik dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
tugas makalah ini.
Ternate, Juni 2015
Penulis
Halaman
KATA
PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan
...................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Remaja.................................................................... 3
B. Upaya
Membangun Karakter Remaja....................................... 3
C. Peran
Remaja Dalam Membangun Karakter Bangsa ............... 9
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................ 11
B.
Saran ...................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................... 12
DAFTAR
GAMBAR.................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa remaja biasa disebut sebagai masa
peralihan.Masa peralihan yang dimaksud adalah peralihan antara Kanak-Kanak
menuju dewasa. Remaja sendiri merupakan suatu kelompok usia dimana anak tidak
lagi merasa dirinya di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama
dan sejajar. Seiring denganberlalunya waktu dan perkembangan selanjutnya,
seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada
orangtua atau orang lain disekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan
suatu proses alamiah oleh suatu makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Terlepas dari hal itu, remaja harus bisa memahami
perannya sebagai generasi penerus bangsa. Remaja harus bisa memposisikan
dirinya sebagai seseorang yang kelak akan membangun bangsa ini. Hal inilah yang
menyebabkan remaja juga masih perlu bimbingan dari orang-orang sekitarnya agar
remaja bisa tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang sebaiknya tidak dilakukan.
Remaja memerlukan bimbingan dari berbagai pihak baik
itu pihak orang tua, sekolah maupun masyarakat.Orang tua atau keluarga menjadi
pondasi dasar dalam membangun karakter anak sebab lingkungan pertama yang
dikenal anak adalah lingkungan keluarga.Sekolahpun tak kalah berperan
penting.Di sekolah, anak diberikan pendidikan-pendikan berbasis karakter dan
penanaman nilai-nilai.Begitupun masyarakat, yang ikut berperan dalam membangun
karakter anak dengan memberikan aturan-aturan atau norma-norma sehingga anak
menjadi tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang seharusnya
dilakukan dan mana yang harusnya tidak dilakukan.
Anak yang sedari kecil sudah ditanamkan pendidikan
karakter seiring berjalannya waktu akan tumbuh menjadi remaja yang berkarakter.
Remaja yang berakarakter ini diharapkan mampu memahami perannya sebagai
generasi penerus bangsa yang kelak akan membangun karakter bangsanya sendiri
dan menjadikan bangsanya bermartabat. Seiring dengan berkembangnya zaman, hal
ini perlu
menjadi perhatian lebih dari berbagai pihak. Salah
sedikit saja bisa jadi karakter remaja dan bangsa ini akan hancur.
Dalam karya ilmiah ini akan dibahasa
lebih jauh lagi mengenai peranan remaja dalam membangun karakter bangsa.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat
penulis paparkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
dari remaja?
2.
Bagaimana upaya
membangun karakter remaja?
3.
Bagaiamana peran
remaja dalam membangun karakter bangsa?
C.
Tujuan
Dari pemaparan rumusan masalah diatas,
maka tujuan dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
pengertian dari remaja;
2.
Untuk mengetahui
bagaimana upaya dalam membangun karakter remaja;
3.
Untuk mengetahui
bagaimana peran remaja dalam membangun karakter bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latinadolescere yang artinya tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti
yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,
Ali dan Asrori dalam Angkotasan N, 2014:7)
Masa remaja adalah masa peralihan dari
kanak-kanak menuju dewasa.Pada masa ini, remaja berupaya untuk menemukan
identitas dirinya.Masa remaja juga dikenal sebagai masa yang penuh dengan badai
dan tekanan, karena remaja secara tidak langsung berhadapan dengan segala
perubahan-perubahan yang ada baik dari segi perubahan fisik maupun psikisnya.
Jika remaja tidak dapat menerima segala perubahan tersebut, hal ini akan
menjadi masalah nantinya.
Masa remaja menurut Mappiare (Ali dan
Asrori dalam Angkotasan N, 2014: 7), berlangsung antar umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang
usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yatu usia 12/13 tahun sampai
17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun
adalah remaja akhir.
B.
Upaya Membangun Karakter RemajaMelalui Pendidikan Karakter
Dalam konteks lainnya, remaja dianggap
sebagai generasi muda penerus bangsa ini. Remaja merupakan generasi muda yang
akan membangun bangsa ini agar menjadi lebih baik kedepannya. Untuk itulah
remaja perlu dipersiapkan sedini mungkin agar nantinya remaja menjadi siap
menjalani tugasnya.Untuk membangun suatu bangsa yang berkarakter, remaja juga
harus diberi pendidikan karakter dan pendidikan yang berbasis nilai.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan
menyimpan kekuatan yang besar, yaitu sebagai salah satu penentu nasib manusia
sebagai individu, umat maupun
bangsa. Hal inilah yang menyebabkan
proses pendidikan juga harus senantiasa dievaluasi dan diperbaiki untuk mengahasilkan
peserta didik yang unggul dan berkualitas.
Salah satu upaya perbaikan pendidikan
adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dan nilai
dalam dunia pendidikan di Indonesia, gagasan ini muncul karena proses pendidikan selama ini dilakukan sepenuhnya
berhasil dalam membangun Indonesia yang berkarakter. Bahkan, ada yang
menyebutkan bahwa pendidikan Indonesia
gagal membentuk manusia yang berkarakter (Muhaimin dalam Jon F, 2015: 483).
Bung Karno pernah mengatakan Bangsa ini
harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character building), karena character building inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa
yang besar, maju dan jaya serta bermartabat. Kalau hal ini tidak dilakukan,
maka bangsa inimenjadi bangsa kuli (Abidinsyah, 2011:
2).
Dewasa ini, berbicara mengenai
pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.Karakter
adalah permata hidup yang menjadi pembeda manusia dengan mahluk hidup yang
lainnya.Orang-orang dengan karakter kuat dan baik secara individu maupun sosial
adalah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seorang dari yang lain, tabiat atau watak, kebiasaan, pembawaan.Karakter,
sebagaimana didefinisikan oleh Ryan dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok,
yaitu mengetahui kebaikan (knowing the
good), mencintai kebaikan (loving the
good), dan melakukan kebaikan (doing
the good).Dalam pendidikan karakter, kebaikan itu seringkali dirangkum dalm
sederet sifat-sifat baik (Jon F, 2015: 483).
Diera globalisasi seperti saat ini
banyak pihak yang menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
pendidikan karakter dan nilai pada lembaga pendidikan formal.Hal tersebut wajar
saja, sebab tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang
dimasyarakat saat ini.Tentunya kita sering melihat dan mendengar banyak sekali
rema yang berperilaku tidak sesuai dengan norma yang berlaku, bahkan untuk
kalangan tingkat SMP pun sudah banyak melakukan hal-hal negatif seperti mabuk,
tawuran, bahkan pembunuhan , yakni membunuh anak yang ada dalam kandungan
seperti aborsi (Zaen B, 2012: 2).
Fenomena sosial yang terbaru adalah
adanya “pesta bikini” bagi remaja untuk merayakan kelulusannya.Acara perayaan
kelulusan bagi remaja SMA yang diadakan oleh Divine Production di Media Hotel
menjadi perbincangan hangat di masyarakat beberapa waktu lalu. Hal ini
dikarenakan acara yang bertema “Splash After Class” tersebut mewajibkan
pesertanya hadir dengan bikini. Divine Production sendiri mengakui acara
“Splash After Class” yang mereka adakan memang mewajibkan pesertanya hadir
dengan bikini. Namun, mereka membantah menggelar acara tersebut untuk anak-anak
dibawah umur.Menurut mereka terjadi kesalahan dari pihak promosi sehingga bisa
tersebut “bikini summer dress” dalam
video promosi.
“ Kita hanya ingin mengadakan pool party dengan dress code
busana renang, dan pesertanya kita batasi. Kalau di bawah 18 tahun akan kita
tolak,” kata kuasa hokum Divine, Andreas Silitonga, kepada Kompas.com di Kantor
Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Kamis (30/4/2015).
Sementara mengenai pencantuman nama
sekolah, Andreas mengakui Divine Production telah melakukan kesalaham. Sebab,
pencantuman tersebut tidak disertai izin dari pihak sekolah. Namun,ia
menyatakan, Divine Production memang ada kerja sama dengan para pelajar dari
sekolah-sekolah yang namanya dicantumkan walaupun kerja sama dilakukan atas
nama perseorangan.
Pihak sekolah pun bereaksi keras terkait
masalah tersebut.Delapan sekolah melaporkan pihak penyelenggara pesta bikini
untuk pelajar, Divine Production, ke Polda Metro Jaya.Laporan dibuat oleh
Kepala Sekolah SMA Negeri 29 Jakarta Ratna Budiarti yang mewakili tujuh kepala
sekolah lainnya. Beliau datang bersama kepala sekolah lainnya, yaitu Kepala
SMAN 12 Nur Syamsudin, Kepala SMAN 31 Marihot Malau, Kepala SMAN 109 Agusman,
Kepala SMAN 53 Dumaria Simanjuntak, Kepala SMAN 24 Umaryadi, Kepala SMAN 44
Isdiantoro, dan Kepala SMAN 38 Imam Prasaja (Kompas.com, 2015).
Kepala Sekolah SMA Negeri 29 Jakarta
Ratna Budiarti melalui wawancaranya dengan media online Kompas.com mengatakan,
pihak sekolah mungkin bisa mencabut laporannya di polda Metro Jaya bila Divine
Production meminta maaf secara terbuka. Perimintaan maaf bukan dilakukan satu
per satu ke sekolah, melainkan secara sekaligus di Dinas Pendidikan DKI
Jakarta.
EO “pesta bikini” akhirnya minta maaf
kepada Dinas Pendidikan.Permintaan maaf diajukan oleh Divine Production saat
melakukan pertemua tertutup dengan Dinas Pendidikan DKI Jakarta di Kantor Dinas
Pendidikan Jakarta, Kamis (30/4/2015).Dalam pertemuan tersebut, pihak Divine
menyampaikan permintaan maaf karena telah mencantukan nama-nama sekolah dalam
undangan acara “pesta bikini” yang akan mereka gelar. Tidak hanya itu, Divine
juga menyampaikan permintaan maaf karena hendak menyelenggarakan acara tanpa
mengantongi izin (Kompas.com, 2015).
Melihat dari contoh kasus diatas, dapat
dikatakan bahwa remaja Indonesia mengalami kemerosotan karakter dan degradasi
moral.Hal ini tentu sangat memperihatinkan pasalnya remaja yang merupakan generasi
muda penerus bangsa ini yang harusnya mampu mejalankan perannya dengan baik untuk
membangun karakter bangsa justru mengalami kemerosotan karakter.Semua pihak
harus ikut andil dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Untuk itulah pendidikan karakter dan
nilai sangat diperlukan untuk mengatasi krisis karakter remaja saat ini.Salah
satu setting pendidikan karakter
adalah melalui jalur pendidikan formal. Untuk itu action plan nya mesti memperhatikan dan mempertimbangkan delapan
hal berikut:
1.
Tujuan utuh
pendidikan. Semua upaya pendidikan harus terarah kepada tujuan utuh pendidikan
nasional seperti tertera dalam UU sisdiknas. Perlu pemahaman ulang yang lebih
tepat terhadap jiwa dan makna yang terkandung dalam UU sisdiknas tersebut.
2.
Riset dasar.
Perlu ada riset dasar untuk merumuskan: (a) core
value yang akan membingkai sosok manusia Indonesia masa depan; (b)
kompetensi berkarakter; (c) praksis pendidikan selama ini; dan (d) grand design pendidikan yang akan
diselenggarakan.
3.
Pembenahan
kurikulum. Kurikulum yang ada sekarang perlu didasarkan kembali pada pendidikan
yang utuh dengan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, serta
menghindarkannya dari berbagai fragmentasi.
4.
Pembenahan mutu
pembelajaran. Esensi kualitas terletak pada transaksi guru siswa dalam proses
pembelajaran sejatinya adalah pengembangan ragam potensi peserta didik dimana
peran guru sangat menetukan. Guru harus menyadari sepenuhnya bahwa proses yang
ia selenggarakan adalah suatu upaya pembentukan karakter.
5.
Pembenahan
layanan bimbingan konseling. Pembimbingan dan konseling bukan tugas guru BK
semata, tetapi tugas utama semua guru yang intinya adalah pengembangan diri dan
memandirikan peserta didik.
6.
Pembenahan
sistem evaluasi. Esensi pendidikan menurut pasal 1 ayat 1 UU sisdiknas adalah
berpusat pada keaktifan siswa sehingga pembelajaran bukan sekedar menguasai keterampilan
dan akumulasi pengetahuan. Oleh sebab itu ukuran keberhasilan dan mutu pendidik
tidak berhenti pada angka ujian.
7.
Penataan
manajemen ketenagaan guru. Kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru pada
prinsipnya untuk peningkatan mutu. Sistem ketenagaan guru harus menjamin
efisiensi dan mutu kinerja guru.
8.
Penguatan
kapasitas. Pendidikan karakter perlu didukung penguasaan kapasotas lembaga yang
menyaratkan pembenahan mind set para
pelaku pendidikan, kultur dan iklim sekolah. Upaya ini membutuhkan kebijakan
yang sejalan dengan pendidikan karakter dalam bingkai utuh sistem pendidikan
nasional
Pendidikan karakter dan nilai tidak
hanya dapat dilakukan di sekolah, tetapi dapat juga dilakukan dikeluarga dan
masyarakat yang mencakup teman sebaya dan media masaa.Banyak penelitian yang
terkait dengn lingkungan dan pembentukan karakter.Penelitian yang dilakukan
oleh Alit (2003), Koyan (2001), Bulach (2002), Hendrix dkk.(2004) menyimpulkan
bahwa lingkungan sangat mempengaruhi pembentukan karakter (Wening S, 2012: 58).
Menurut Asosiasi Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan Indonesia (Abidinsyah, 2011: 3-4) ada beberapa prinsip dasar dalam pendidikan
karakter, yaitu :
1.
Karakter adalah
sebuah keunikan individual, kelompok, masyarakat, atau bangsa. Tetapi karakter
bangsa bukanlah agregasi karakter perorangan karena karakter bangsa terkait
dengan core value yang didukung oleh
masyarakatnya.
2.
Pendidikan
karakter merupakan sebuah proses berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process). Oleh karena itu diperlukan
semacam rumusan utuh manusia Indonesia dalam konteks ruang dan waktu.
3.
Penyelenggaraan
pendidikan karakter diinferensi dari UU sisdiknas nomor 20 tahun 2003 yaitu:
(1) watak dan peradaban bangsa yang bermartabat; (2) pencerdasan kehidupan
bangsa sebagai tujuan kolektif, dan (3) pengembangan potensi murid sebagai
tujuan individual.
4.
Proses
pembelajajaran harus bersifat koherensi sebagai upaya pendidikan manusia yang
utuh.
5.
Proses
pembelajaran, pembuatan kebijakan pendidikan dalam upaya pendidikan karakter
harus dilandaskan pada teori dan ilmu pendidikan. Untuk itu diperlukan
revitalisasi LPTK dalam kerangka pendidikan karakter.
6.
Proses
pendidikan karakter dilandasi oleh pandangan holistic terhadap murid dalam kulturalnya. Pembelajaran dibangun
sebagai proses kultural yang prosesnya tidaklah linier dan bukan pula berupa
mata pelajaran “Pendidikan Karakter”. Pengembangan karakter menyatu dalam
proses pendidikan semuanya.
7.
Sekolah adalah
lingkungan pembudayaan, dan upaya pendidikan harus diposisikan sebagai proses
pembangunan karakter. Diperlukan perubahan mind
set dari seluruh steakholder.
8.
Peran keluarga
adalah pertama dan utama yang tak tergantikan dalam pendidikan karakter, oleh
sebab itu diperlukan community of learner
yang memperkokoh proses pendidikan informal.
9.
Pendidikan
karakter bersifat multi level, multi chanel, dan multi setting. Diperlukan keteladanan dan oleh karena itu harus
menjadi gerakan sejati dan holistik.
C.
Peran Remaja dalam Membangun Karakter Bangsa
Remaja sebagai generasi muda merupakan salah
satu faktor maju atau tidaknya suatu bangsa, bermartabat atau tidaknya suatu
bangsa dan berkarakter atau tidaknya suatu bangsa.Baik buruknya suatu negara
tergantung pada kualitas generasi muda yang dihasilkan.Remaja sebagai generasi
muda yang merupakan penerus dan pewaris bangsa dan negara dituntut harus
memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsa dan negaranya, memiliki
kepribadian yang tingi, semangat juang nasionalisme, dan mampu memahami
pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global.
Remaja adalah generasi penerus, calon
pejuang bangsa dan negara di masa depan. Masa depan suatu bangsa adalah
bergantung kepada generasi muda yang saat ini sedang tumbuh dan berkembang
menyerap berbagai macam ilmu pengetahuan. Pengetahun itu diperoleh dari mana
saja karena adanya pengaruh globalisasi, internet, teknologi dan lainnya. Untuk
itu para generasi muda harus mampu menyaring
berbagai macam informasi yang masuk agar tidak salah arah nantinya.
Tanpa karakter yang kuat yang dimiliki oleh para remaja ini, maka akan memiliki
resiko yang besar di masa yang akan datang bagi bangsa ini.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa
memiliki posisi yang strategis.Mereka merupakan harapan masa depan bangsa.Maju
atau mundurnya bangsa dan negara ada di pundak mereka.Kalau mereka maju maka
majulah negara, tetapi kalau meraka mundur, maka mundurlah negara.Sudut pandang
psikologi para remaja sebagai generasi penerus memiliki potensi yang bisa
dikembangkan secara maksimal.
Potensi mereka yang prospektif, dinamis,
energik, penuh vitalitas, patriotismedan idealisme harus dikembangkan melalui pendidikan
dan pelatihan yang terencana dan terprogram.Kemampuan potensial remaja bisa
diolah menjadi kemampuan aktual yang bisa membawa mereka kepada prestasi yang
tinggi.Remaja memiliki potensi moral yang dapat diolah dan dikembangkan menjadi
moralyang positif sehingga mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan bangsa
dan negara yang penuh dengan kejujuran, tidak korup, semangat yang tinggi dan bertanggungjawab.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan
diatas, penulis mengambil kesimipulan bahwa remaja merupakan generasi muda yang akan menjadi pejuang bagi bangsa dan negara
ini kedepannya.Baik buruknya suatu bangsa dannegara tergantung pada generasi
muda yang saat ini sedang tumbuh dan berkembang dalam mengenyam ilmu
pendidikan.
Untuk itu perlu, perlu ditanamakan
pendidikan karakter pada diri remaja sejak kecil agar remaja tumbuh dengan
memiliki karakter yang kuat dan dapat membangun karakter bangsa sehingga
menjadi bangsa yang bermartabat.Terlebih lagi dengan fenomena sosial yang ada
saat ini menjukkan remaja Indonesia mengalami degradasi karakter dan
moral.Pendidikan karakter tidak hanya dilakukan oleh lembaga pendidikan formal
saja tetapi juga lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.Dengan begitu
banyak pihak yang terlibat diharpak remaja dapat menjadi generasi muda
berkarakter demi Negara kita, Indonesia Raya.
B.
Saran
Pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan harusnya lebih baik lagi dalam membuat kebijakan dalam dunia
pendidikan.Harus ada evaluasi yang lebih mendalam lagi agar lembaga pendidikan
yang ada di Indonesia dapat menghasilkan generasi muda yang
berkualitas.Begitupun orangtua dan masyarakat harus ikut andil dalam mengawasi
generasi muda.Orangtua dan masyarakat harus memberikan aturan-aturan yang bisa
mengarahkan remaja atau generasi muda kita ke arah yang lebih baik demi
membangun karakter bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Angkotasan, N. (2014). Buku
Pegangan Kuliah Perkembangan Peserta Didik. FKIP Universitas Khairun
Ternate.
Abidinsyah. (2011). Urgensi Pendidikan Karakter Dalam
Membangun Peradaban Bangsa Yang Bermartabat. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial,
vol (03) : 1-8.
Jon, F. (2015).
Pendidikan Karakter Pada Anak dan Remaja. Seminar Psikologi dan Kemanusiaan
(pp. 483-486). Malang: Universitas Muhammadiyah malang.
Kompas.
(2015). Divine Akui Ingin Gelar Pesta Bikini, Tetapi. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/30/16541281/Divine.Akui.Ingin.Gelar.Pesta.Bikini.tetapi., diakses pada
tanggal 14 Juni 2015).
Kompas.
(2015). Jika Ingin Laporan Dicabut EO “Pesat Bikini” harus lakukan ini. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/05/15001661/Jika.Ingin.Laporan.di.Polda.Dicabut.EO.Pesta.Bikini.Harus.Lakukan.Ini, diakses pada
tanggal 14 Juni 2015).
Kompas.
(2015). Pihak Sekolah Yang Laporkan EO “Pesta Bikini” Diperiksa di Polda Metro. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/05/1410034/Pihak.Sekolah.yang.Laporkan.EO.Pesta.Bikini.Diperiksa.di.Polda.Metro, diakses
tanggal 14 Juni 2015)
Kompas.
(2015). EO “Pesta Bikini” Minta Maaf Kepada Dinas Pendidikan. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/30/16280961/EO.Pesta.Bikini.Minta.Maaf.kepada.Dinas.Pendidikan, diakses
tanggal 14 Juni 2015).
Kompas.
(2015). Delapan Sekolah Laporkan EO Pesta Bikini Ke Polda Metro Jaya. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/28/16180051/8.Sekolah.Laporkan.EO.Pesta.Bikini.ke.Polda.Metro.Jaya, diakses
tanggal 14 Juni 2015).
Kompas.
(2015). Penjelasan Penyelenggara Soal Pesta Bikini Pelajara SMA. (http://megapolitan.kompas.com/read/2015/04/23/20400821/Penjelasan.Penyelenggara.soal.Pesta.Bikini.Pelajar.SMA, diakses
tanggal 14 Juni 2015).
Wening, S. (2012).
Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Nilai. Jurnal Pendidikan
Karakter, No (01) : 55-66.
Zaen, B. (2012). Pembentukan
Karakter Bangsa (Proses Dan Nilai-Nilai Karakter Bangsa Dalam Kegiatan Pramuka
- Studi Di SMP Negeri 3 Babelan Bekasi ). Jakarta: Universitas Negeri
Jakarta.
GAMBAR
Daftar Nama Sekolah Yang Terkait Dengan
Penyelenggaraan “Splash After Class” atau “Pesta Bikini”
Sumber: Media Online – Kompas.com
Delapan Sekolah Melaporkan EO “Pesta Bikini” Di
Polda Metro jaya
Sumber: Media Online – Kompas.com
Pihak Penyelenggaraan “Pesta Bikini” – Divine
Production
Sumber: Media Online – Kompas.com